“Apa itu UKM-MAPALA,” Mungkin itu salah satu pertanyaan yang
pernah timbul di pikiran kamu, baik itu saat pertama kuliah atau saat melihat
selebaran-selebaran yang di sebarkan dimading-mading kampus, atau tanpa sengaja
saat membuat tugas kuliah diwarkop berperangkat wifi menemukan blog-blog Mapala. Tanpa sedikitpun rasa penasaran,
kalian mencoba tanyakan kepada teman-teman se-ruang atau sekampus “tentang APA
ITU,” dan dari beberapa kalian tidak menemukan jawaban yang pasti , akhirnya
kalian membuat jawaban sendiri “MAPALA adalah pendaki gunung, penelusur goa,
pendayung boat di sungai-sungai, atau pemanjat tebing-tebing yang mempertaruhkan
nyawa untuk sebuah hobi.” Dan yang lebih parahnya kalian mengambil kesimpulan
dari pandangan kalian sendiri “MAPALA itu adalah mahasiswa-mahasiswa yang tidak
mampu menyelesaikan kuliah atau segerombolan mahasiswa yang tidak ada kerjaan
dan tidak peduli tentang masa depannya sendiri.” Dengan lega kalian mengeryit
dahi dan tersenyum sinis sambil mengatakan “oh ternyata itu MAPALA.”
Aku disini sebagai seorang mahasiswa yang ikut kelas
perkuliahan di Fakultas Ekonomi progam pendidikan Manajemen, beberapa tahun
lalu juga pernah menanyakan pertanyaan persis sama yang timbul di pikiran
kalian. Tanpa merasa beruntung atau melebih-lebihkan aku berani mengatakan
mungkin aku salah satu mahasiswa yang beruntung
menemukan jawaban yang sebenarnya.
UKM-MAPALA yang aku artikan dulu adalah mahasiswa yang punya
hobi berbeda dari kebanyakan mahasiswa lainnya, dan dengan angkuhnya aku
menyimpulkan jika bergabung dengan
mereka akan merasa beda dan bisa berbangga diri: aku adalah seorang pendaki
gunung yang tidak semua mahasiswa berani menapaki kaki di ketinggian penuh
kabut dan melihat dataran bumi dari ketinggian.
Dan dengan semangat keangkuhan itu aku mendaftarkan diri di
UKM-Mapala pada tahun 2009 dulu, dengan mengikuti Pendidikan Dasar Pecinta
Alam. Delapan hari aku ditempa dengan didikan mereka yang sudah duluan mengerti
MAPALA, dari sana aku mulai mendapatkan jawaban yang sebenarnya bahwa MAPALA
bukanlah keangkuhan atau bangga beda dari mahasiswa lainya, dan menurut
“rangkuman aku” juga bukan yang seperti kalian pikirkan: mereka segerombolan
mahasiswa kurang kerjaan.
Mapala adalah sebuah organisasi legal (sah) internal kampus
yang bergerak dibidang lingkungan hidup dan dijalankan oleh mahasiswa-mahasiswa
dari Universitas yang memanyungi organisasi itu sendiri, disini tidak pernah di
paksa untuk belajar apapun, tapi menanamkan kesadaran untuk belajar apa yang
kita inginkan tanpa melangkahi aturan aturan kampus tempat kita menuntut ilmu.
Di UKM ini pengetahuan tentang status “mahasiswa” aku tumbuh
sendirinya, yang menurut pengertian aku mahasiswa adalah anak muda yang aktif,
kreatif, kritis dan disiplin dalam menanggapi berbagai permasalahan hidupnya
sendiri maupun hidup bermasyarakat. Dan tanpa ragu aku menggabungkan makna
“Mahasiswa” menurut pandangan sendiri dengan “Pecinta Alam-(red:
Organisasi)," aku meringkasnya “UKM-Mapala itu adalah sebuah organisasi
mahasiswa untuk mahasiswa, yang punya hobi berbeda dan aktif, kritis, kreatif
serta disiplin.”
Sangat menakutkan jika sebuah universitas atau kampus ketika
mahasiswanya mulai hilang keinginan berorganisasi dengan alasan-alasan yang
klasik dan kurang masuk akal seperti: takut terganggu perkuliahannya atau
dilarang orangtua. Kampus akan terlihat seperti Sekolah Dasar yang terpaku pada
mata pelajaran yang diajarkan guru, hanya diajari cara menghitung,menulis dan
membaca, dan tujuannya untuk mendapat nilai baik walau tanpa pengetahuan yang
lebih. Sangat disayangkan kampus akan dihuni oleh mahasiswa yang di sebut agent
of change tapi berpola pikir genre Sekolah Dasar.
Secuil pesan untuk teman-teman mahasiswa, aktiflah
diorganisasi-organisasi kampus, aktif belajar berpikir lebih dan berbuat lebih
dari yang lainnya dalam hal positif, dan yang masih takut berorganisasi
pelajarilah tentang ketakutan kalian hingga kalian tahu alasan yang sebenarnya
kenapa ada rasa takut untuk belajar berorganisasi dikampus, untuk kawan-kawan
yang mulai ingin berorganisasi pelajari organisasi yang ingin kalian geluti dan
pastikan itu bermanfaat untuk kehidupan kalian kedepannya bukan hanya manfaat
disaat kalian masih berstatus mahasiswa.
Tanpa niat menyudutkan dan menyalahkan mahasiswa yang “ogah”
berorganisasi, mahasiswa organisatoris rata-rata pola pikirnya berbeda dan
cenderung mempunyai semangat lebih dan punya kesempatan lebih untuk menggapai
impian-impiannya dengan pengalaman dan pengetahuan selama dia berorganisasi,
dari segi kehidupan juga para organisatoris lebih terlihat sederhana
dibandingkan dengan mahasiswa yang “phobia” organisasi.
Bukan ingin memprovokasi kalian untuk masuk ke UKM-Mapala
yang aku geluti sekarang, bukan juga ingin promosi. Aku megambil Mapala sebagai
contoh UKM atau Organisasi karena hampir disetiap kampus seluruh Indonesia ada
UKM-Mapala, dan aku juga salah satu dari ribuan mahasiswa yang belajar
didalamnya.
Penulis,
Broe
“Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Unigha.”
“Ka.Div Mountaineering di UKM-Mapala Jabal Everest Unigha.”
MAPALA.. Mama Papa Larang. Btw, tetiba jadi kangen UNIGHA..
ReplyDeleteKembalilah jika kangen Jasmi Bakri
Deletemain-main ke Sekretariat Mapala Jabal Everest